:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5192508/original/030675400_1745149860-20250420-Paskah_Paus-AFP_2.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Paus Fransiskus telah berpulang di Kota Suci Vatikan, Roma, Italia, pada Senin (21/4/2025). Paus Fransiskus meninggal dunia pada usianya yang ke 88 tahun akibat penyakit bronkitis kronis yang dideritanya.
Sempat dirawat di rumah sakit, Paus Fransiskus keluar dari rumah sakit pada 23 Maret lalu.
Paus Fransiskus merupakan pemimpin agama katolik yang dihormati. Pasalnya, selain sebagai pemimpin agama katolik, Paus Fransiskus juga peduli dengan isu-isu terkini di dunia, termasuk isu berkaitan dengan teknologi.
Paus yang berasal dari Buenos Aires, Argentina ini, sempat mengungkapkan kesedihannya karena saat ini banyak orang melakukan ibadah misa di gereja tetapi justru sibuk dengan smartphone.
Terbaru, sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Vatican News, Paus Fransiskus menyoroti tentang teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence.
Dalam laporan tahun lalu, pada konvensi internasional tentang AI Generatif dan Paradigma Teknokratis, Paus Fransiskus sempat menegaskan bahwa kecerdasan buatan hanya boleh digunakan untuk memberi manfaat bagi umat manusia.
Menurut pria bernama asli Jorge Mario Bergoglio ini, kemajuan teknologi yang dahsyat seperti halnya AI, perlu dipergunakan secara etis, terutama untuk melayani kemanusiaan.
Ia juga mengingatkan, dalam perkembangan AI, risiko yang melekat dari kecerdasan buatan perlu dimitigasi.
Paus Fransiskus muncul di Basilika Santo Petrus pada Sabtu sore, yang mengejutkan umat yang hadir. Paus tiba dengan menggunakan kursi roda untuk berdoa dan mengungkapkan kedekatannya dengan umat yang akan merayakan Malam Paskah pada Sabtu malam, kata…
AI Harus Tetap Jadi Alat di Tangan Manusia
… Selengkapnya
Agar tidak menjadi ketergantungan bagi manusia, Paus Fransiskus pun meminta agar akademisi serta pakar dari berbagai negara dan disiplin ilmu perlu menganalisis peluang dan risiko terkait pengembangan AI.
Ia sempat berterima kasih kepada berbagai pihak dan orang-orang sebelum dirinya yang berkomitmen untuk mengeksplorasi bagaimana kemungkinan AI bisa meningkatkan martabat manusia dan melayani banyak orang yang kurang beruntung.
“Saya mengapresiasi bahwa Centesimus Annus (penyelenggara konvensi) telah memberikan ruang yang cukup bagi subjek ini, dengan melibatkan akademisi dan pakar dari berbagai negara dan disiplin ilmu, untuk menganalisis peluang dan risiko terkait pengembangan dan penggunaan AI,” kata Paus Fransiskus.
Ia pun memperingatkan tentang AI atau tool yang bertindak secara otonom. Ia menekankan, “AI adalah dan harus tetap menjadi alat di tangan manusia.”
AI Harus Meningkatkan Martabat Manusia
… Selengkapnya
Paus Fransiskus juga mengingatkan bahwa saat meneliti tentang AI, orang harus kembali lagi, apa tujuan AI?
“Apakah AI berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia, meningkatkan kesejahteraan, dan pengembangan integral manusia? Atau AI justru berfungsi untuk memperkaya dan meningkatkan kekuatan beberapa raksasa teknologi yang sudah tinggi meski membahayakan manusia?” katanya, mengingatkan.
Menurutnya, pertanyaan tersebut harus jadi dasar bagi mereka yang ingin mengembangkan AI ke level yang lebih tinggi.
Pasalnya, kata Paus Fransiskus, masa depan umat manusia akan ditentukan oleh inovasi teknologi.
“Kita tidak boleh melewatkan kesempatan untuk berpikir dan bertindak dengan cara baru, dengan pikiran, hati dan tangan untuk mengarahkan inovasi menuju tujuan yang berpusat pada keutamaan martabat manusia,” katanya.
… Selengkapnya
Leave a Reply