:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5092671/original/030317700_1736789154-ai-generated-8366100_1280.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Gelombang ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh tarif Trump (tarif perdagangan), gejolak geopolitik, dan disrupsi pasar lainnya, membuka celah bagi peningkatan risiko penipuan.
Kondisi keuangan yang labil menjadi lahan subur bagi para pelaku kejahatan untuk mengeksploitasi berbagai sektor. Pakar Keamanan di Kaspersky Threat Research, Roman Dedenok, menunjukkan beberapa area utama yang rentan terhadap praktik penipuan.
Pertama, penipuan belanja online diprediksi melonjak seiring dengan upaya penipu memanfaatkan lonjakan permintaan barang yang diantisipasi mengalami kenaikan harga.
Modusnya beragam, mulai dari pembuatan situs web palsu yang meyakinkan hingga penyebaran email phishing canggih yang menawarkan “diskon pra-tarif.”
Konsumen yang terburu-buru mencari harga miring berpotensi menjadi korban penipuan online dengan memberikan informasi keuangan sensitif kepada pelaku, berujung pada kerugian finansial atau pencurian identitas.
Kedua, gangguan pada rantai pasokan memaksa pelaku bisnis dan konsumen untuk mencari pemasok alternatif dalam waktu singkat, seringkali dengan proses verifikasi yang kurang ketat.
Situasi ini membuka peluang bagi peredaran produk palsu di pasaran. Bahkan, ancaman siber turut menyertai, dengan ditemukannya kasus malware yang disisipkan dalam perangkat palsu.
Bahaya Trojan Triada
Temuan Kaspersky baru-baru ini menyoroti kekhawatiran itu dengan terungkapnya varian canggih Trojan Triada yang sudah terinstal pada ponsel pintar Android palsu yang dijual melalui pengecer tidak resmi.
Beroperasi di level firmware, malware ini memberikan kendali penuh kepada penyerang atas perangkat korban, memungkinkan pencurian aset kripto, pembajakan akun media sosial, hingga pengalihan panggilan ilegal.
Kasus ini menggarisbawahi betapa seriusnya risiko yang ditimbulkan oleh rantai pasokan yang telah disusupi.
Ketiga, volatilitas pasar menciptakan peluang bagi maraknya penipuan investasi. Para penipu dapat menyamar sebagai lembaga keuangan terpercaya, menjanjikan keuntungan tinggi “terjamin” berdasarkan informasi orang dalam, atau melancarkan kampanye phishing dan membuat situs web palsu untuk mencuri data sensitif.
Sebagai contoh, unggahan media sosial yang belum terverifikasi mengenai potensi penangguhan tarif baru-baru ini sempat memicu lonjakan pasar senilai triliunan dolar sebelum akhirnya dibantah.
Peristiwa ini menunjukkan betapa cepatnya informasi keliru dapat menyebar dan memicu potensi skema pump-and-dump.
Tips Cegah Penipuan Online
Guna meminimalisir risiko menjadi korban penipuan, sejumlah langkah pencegahan penting untuk diperhatikan konsumen:
- Lakukan verifikasi keabsahan penjual sebelum melakukan transaksi pembelian.
- Gunakan metode pembayaran yang menawarkan perlindungan terhadap penipuan.
- Tetap waspada terhadap penawaran transaksi yang terlampau menggiurkan.
Sementara itu, bagi para investor, langkah-langkah berikut perlu diimplementasikan:
- Lakukan uji tuntas secara menyeluruh sebelum berinvestasi.
- Andalkan sumber informasi yang kredibel dan terpercaya.
- Bersikap skeptis terhadap tawaran investasi tidak diminta yang menjanjikan keuntungan fantastis.
Seiring dengan dinamika lanskap ekonomi yang terus berubah, kewaspadaan ekstra menjadi kunci utama. Pemahaman yang mendalam terhadap berbagai modus operandi penipuan dapat membantu konsumen dan investor untuk melindungi diri dari potensi kerugian.
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
… Selengkapnya
Leave a Reply